Sabtu, 15 November 2008


Banyak sudah kisah

Yg tertinggal......

Kau buat jadi

Kenangan...


Seorang saahabat

Pergi dengan tangisan....

Padahal slama ini

Kau slalu bersama ku......


Di akhir akhir kepergian mu

Selamat jalan teman

Semoga disana

Kamu bahagia.......


Pernah kau mengulas cerita

Tentang perjalanan di setiap ujung malam

Yg slalu kau anggap ILUSI


Kisah - kisah yg redup

Di kala waktu....

Mulai melelapkan kita

Ke dalam mimpi..........


Slalu ada kisah yg lahir

Serupa senja yg gelisa

Dan ujung watuyg petang

Berkabar tentang hati sepi.


kesenangan itu tidak harus HURA-HURA, tp dimana kita bisa mengekspresikan yg kita mau !!!!!

Rabu, 12 November 2008

Asal usul lukisan Nabi Muhammad saw

Ditulis oleh infosyiah di/pada 0, April 28, 2007

Asal usul lukisan Nabi Muhammad saw

Bertahun-tahun diterbitkan gambar yang disebut sebagai gambar masa mudanya Nabi Muhammad saw di Iran. Masyarakat Iran di samping menunjukkan rasa suka terhadap gambar itu, mereka juga mempertanyakan keabsahannya. Sebagian menyebutkan bahwa gambar itu dilukis oleh pendeta Buhaira yang sempat mengiringi Nabi Muhammad saw bersama pamannya ke Syam. Pada kenyataannya, banyak yang meragukan jawaban ini.

Tulisan berikut ini adalah usaha untuk mencari sumber asli gambar masa muda Nabi Muhammad saw. Para penulis berusaha mengargumentasikan dari mana asal gambar itu. Namun, kelihatannya, masalah ini senantiasa terbuka untuk dijadikan kajian.

Tulisan ini adalah hasil terjemahan yang dilakukan oleh Rasul Ja’fariyah dari makalah yang judul aslinya The Story of Picture Shiite Depictions of Muhammad, Pierree Centlivre & Micheline Centlivres-Demont dalam majalah ISIM Review 17, Spring 2006, hal 18-19.

Syiah Iran punya pengalaman yang cukup panjang dalam menggambarkan keluarga Nabi Muhammad saw dan Nabi sendiri. Pada akhir-akhir dekade 90 –an poster yang menggambarkan wajah Nabi Muhammad saw di cetak di Iran dan menjadi salah satu poster terlaris. Dalam poster itu menggambarkan wajah masa muda dari Nabi Muhammad saw.

Saat ini, poster ini dicetak dengan mempergunakan teknologi modern dengan alat dan teknik yang beragam. Sekalipun demikian, struktur gambar masih mempertahankan gaya tradisionalnya. Warna yang dipakai masih mempertahankan kesederhanaan. Namun, tetap saja memiliki kelebihan yang membedakannya secara mudah dari gambar yang lain seperti pedang Ali as yang memiliki dua mata.

Penggambaran yang akan kami bawakan berbeda dengan penggambaran sebelumnya. Gambar seorang pemuda tampan, mata sendu dan wajah yang menenangkan hati mengingatkan orang akan gambar-gambar di zaman Renaisan. Terutama gambar-gambar tentang pemuda yang dilukis oleh Caravagio seperti lukisan Boy Carrying a Fruit Basket yang berada di galeri Borghese, Roma dan lukisan Saint John The Baptist di museum Capitole. Kelembutan bak beludru, mulut yang setengah terbuka dan tatapan sendu.

Sekalipun ada beberapa naskah dari gambar ini, namun semuanya menunjukkan kesan muda dan di bawahnya tertulis “Muhammad Rasulullah”, bahkan sebagian memberikan informasi lebih detil tentang periode kehidupan Nabi ketika lukisan ini dilukis serta sumber lukisan sekaligus.

Penemuan menarik

Pada tahun 2004, ketika menyaksikan pameran foto dua orang seni rupa Lehnert dan Landrock, secara tidak disengaja akhirnya tersingkap juga sumber poster Iran itu. Itu dapat dilihat di foto Lehnert sepanjang tahun 1904-1906 yang diambilnya di Tunisia. Foto ini kemudian pada dekade 20 –an dicetak dalam kartu ucapan selamat.

Radolf Franz Lehnert (1878-1948) adalah warga negara Chekoslowakia sekarang. Pada tahun 1904 bersama Ernst Heinrich Landorck (1878-1966) berkebangsaan Jerman, bersama-sama menuju Tunisia. Lehnert sebagai fotografer dan Landrock sebagai penerbit dan direktur. Tahun sebelumnya, Lehnert pernah tinggal sebentar di Tunisia. Saat itulah ia jatuh cinta dengan alam di sana dan penduduknya. Keduanya membangun perusahaan L & L yang beroperasi di bidang penerbitan foto-foto dari pemandangan indah Tunisia dan Mesir. Hasilnya adalah ribuan foto dan kartu dengan gambar daerah ini yang dicetak.

Lehnert pernah mengenyam pendidikan di Yayasan Seni Grafis di Vienna. Ia punya hubungan dengan anggota Pictorialist yang menganggap foto sebagai karya seni. Foto-foto Lehnert tidak saja berbicara mengenai gurun pasir, bukit-bukit pasir, pasar dan kawasan penduduk Tunisia, tapi juga foto-foto dari remaja putra dan putri yang umurnya antara anak dan remaja dan masih memiliki wajah antara laki dan wanita. Foto-foto ini biasanya diambil sesuai dengan pesanan pembeli Eropanya. Foto tentang dunia Timur yang memberikan nuansa lain.

Lehnert sangat memanfaatkan kesempatan ini, namun ia juga mengolah kejeniusannya dalam menyiapkan karyanya. Foto-fotonya dicetak dalam bentuk perak, dalam bentuk gambar timbul dan dibuat dalam empat warna. Kebanyakan dari kartu ucapan selamatnya ini dicetak di Jerman sejak tahun 1920 dan disebarkan di Mesir.

pic1.jpg

Cetakan-cetakan dan teks yang sesuai

Tidak diragukan bahwa kartu yang ditunjukkan dalam bentuk 1, berdasarkan penomoran L & L, nomornya adalah 106 dikenal dengan poster Iran. Yang lebih menarik nama kartu nomor 106 adalah Muhammad. Ini dengan sendirinya dapat menunjukkan mengapa pelukis Iran menjadikannya sebagai model untuk lukisan Nabi Muhammad saw. Tidak ragu lagi, semua naskah yang ada dari foto ini menjadikan foto nomor 106 sebagai contoh dengan perbedaan bahwa naskah pertama lebih sesuai dengan foto yang asli. Dengan demikian, Lehnert tanpa disengaja ditempatkan dalam hati sebuah legenda.

Pertanyaan mengenai hubungan antara wajah Nabi Muhammad saw dan wajah remaja Tunisia belum mendapatkan jawabannya. Lukisan seorang remaja tertawa dengan mulut setengah terbuka, memakai sorban dan bunga melati di telinga. Wajah yang sama dalam kartu yang lain dengan judul Ahmad, seorang remaja Arab dan lain-lainnya.

Kami belum mampu menyingkap perjalanan foto yang dicetak di dekade 20 –an yang sampai di tangan penerbit Teheran dan Qom di dekade 90 –an. Namun, masih ada pertanyaan apa yang menyebabkan penerbit Iran menemukan adanya kesamaan antara wajah Nabi Muhammad semasa remajanya dengan seorang remaja Tunisia?

Sebelum perang dunia pertama, gambar Muhammad di majalah National Geographic pada bulan Januari tahun 1914 dalam sebuah artikel dengan judul “Inja va Anja Dar Shumal Afriqa” (Di sana dan di sini di Utara Afrika), di bawahnya tertulis “Arabi ba Yek Gol” (Seorang Arab dengan sebuah bunga). Pada dekade dua puluhan, kartu seri Tunisia L & L sangat disukai oleh tentara Prancis di Utara Afrika. Pada dekade 80 dan 90 –an banyak buku yang dicetak yang memuat foto-foto ini, namun judulnya bukan Muhammad.

Naskah Iran yang sekarang sudah ada perubahan. Wajah yang menipu itu masih terjaga, namun keindahan wajahnya agak berkurang. Pundak sebelah kirinya agak lebih tertutup dengan kain, mulut dan matanya sudah mengalami perbaikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa seniman Iran berusaha untuk mengurangi sisi keindahan foto Lehnert, sehingga foto itu tidak lagi terlalu menarik dan diberikan tambahan agar terlihat sebagai orang suci.

pic2.jpg

Akar Kristen?

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, sebagian tulisan menganggap bahwa hasil karya ini punya hubungan dengan Kristen dan bukan Islam. Masalah ini memberi justifikasi tidak berdosanya seorang muslim melihat wajah Nabi atau melukiskannya. Lebih dari pada itu, orang-orang Kristen menganggap Nabi Muhammad saw sejak mudanya sebagai pribadi yang suci. Kisah pendeta Kristen Katolik atau Ortodoks bernama Buhaira menyimpulkan itu. Berdasarkan kisah itu, pada abad 9 atau 10 Buhaira berusaha mencari Nabi Muhammad saw berdasarkan tanda-tanda yang dimiliki Nabi di antara pundaknya. Nabi akan datang semestinya berkata: “Ketika saya menengok ke langit dan bintang-bintang, saya merasa di atas bintang-bintang”. Ini juga sebuah alasan disebagian gambar Nabi Muhammad saw ada latar belakang bintang-bintang.

Sekalipun sampai saat ini tidak ada penggambaran tentang wajah Nabi Muhammad saw di masa mudanya, namun penggambaran itu ada dalam bentuk dewasanya. Disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw memiliki kulit putih, mata hitam, alis yang tebal,gGigi teratur dan rambut bergelombang. Bentuk yang digambarkan itu dapat ditemukan dalam poster Iran. Pada hakikatnya ini adalah sebuah gambar dari sebuah gambar lain. Dengan kata lain, pelukis Iran mengambil model Nabi Muhammad saw yang mencerminkan keindahan, keremajaan dan keserasian.

Sekilas Pergaulan Remaja


Sekilas Pergaulan Remaja Sekarang


Peradaban materialis abad modern --dengan manfaat sebagai standar hidup-- terbukti telah dan akan terus membawa berbagai prahara kemanusiaan. Sistem kehidupan dengan landasan faham sekularis ini telah mencerabut nilai-nilai mulia dan agung dalam situs kehidupan masyarakat, sekaligus menenggelamkan derajat hidup masyarakat kepada pola-pola hidup rendahan, dan terus menggiring manusia ke jurang kemerosotan dan kemelaratan yang paling dalam. Kendati kemajuan materi telah tercapai –walau hanya untuk segelintir orang saja--, namun nilai-nilai akhlak, rasa kemanusiaan, perasaan rindu akan nilai-nilai rohani, semuanya telah tereliminasi dalam arena kehidupan seiring dengan menebalnya pelanggaran terhadap syari’at Islam. Hanya nilai materi dan kenikmatan jasmani saja yang menjadi nilai agung dan memimpin pola pikir dan sikap hidup di era masyarakat demikian.
Kebebasan pergaulan di kalangan remaja, seks bebas, di peradaban sekarang sudah menggila. Semuanya jelas terekam dalam mode busana, iklan (porno) –yang lebih pada eksploitasi terhadap wanita--, hiburan, cara berpikir mereka --yang lebih cenderung didominasi oleh piktor (pikiran kotor) dan moral yang bejat. Aktivitas seks pra nikah sudah mewabah dan menjalar bak virus yang mematikan.
Pola hidup waqi’iyyin (perilaku yang bertolak pada kenyataan yang tengah terjadi), sikap hedonis (menjadikan materi sebagai nilai yang paling tinggi dan menjadi tujuan hidup), dan gaya hidup permisiv (gaya hidup serba boleh) melanda sebagian besar remaja kita. Dalam hal ini, Barat seolah menjadi kiblat “kemajuan”. Musik, film, mode, dan semua gaya Barat –terlebih setelah adanya TV swasta— makin deras menggejala di kehidupan remaja. Remaja yang tidak memiliki keperibadian (Islamiy) yang kuat mudah sekali tercemar, sekaligus memunculkan pribadi yang terpecah (split personality). Ia seorang muslim, tetapi tingkah lakunya seperti artis Barat di layar kaca. Ia memang pengikut Nabi Muham-mad saw., tetapi senantiasa mengidolakan Bon Jovi. Bukan Al Qur’an dan Hadits Nabi lagi yang dihapalnya, namun bait-bait dari lagu Bon. Penampilannya juga sangat serupa dengan idolanya. Rambutnya gondrong, celananya jeans sobek, dan tak ketinggalan anting di telinganya. Yang wanita berpa-kaian modis –kebanyakan ala India--, tanpa peduli menutup aurat atau tidak. Malu rasanya bagi mereka kalau tidak mengukuti arus mode.
Lantas bagaimana dengan cara bergaul mereka? Film Melrose Place yang hadir semingu sekali atau film lain yang serupa, telah lebih cukup mengajarinya. Iklan –yang menjadi nafas Kapitalisme— senantiasa menghembuskan budaya hedonis, dan menjadi citra gaya hidup baru. Maka jadilah remaja kita seorang muslim dengan gaya hidup si Boy; rajin shalat, namun demen maksiat.
Akibat kronis dari itu semua sudah sangat terasa. Prahara seksual telah menjadi salah satu unsur nestapa dan mewabah di peradaban manusia abad kiwari. Manusia yang telah terdehumanisasikan, jiwanya semakin mengering. Pelecehan seksual, pacaran (sebelum nikah), pornografi, selingkuh, prostitusi, pemerkosaan, dan aborsi, bukan lagi merupakan kasus satu dua. Tapi sudah menjadi hiasan peradaban dan menyeruak di berbagai lorong kehi-dupan.